GADAI EMAS PINJAMAN TUNAI DANA CEPAT TABUNGAN EMAS NABUNG EMAS

Inflasi AS Mei 2022 Meroket

Pada bulan Mei 2022, inflasi AS meroket ke angka 8,6% year on year dan juga yang paling tinggi sejak 41 tahun terakhir. Hal tersebut disebabkan dengan kenaikan kebutuhan pokok pada bulan mei dan sedikit banyak terkait konflik Rusia-Ukraina pada Februari lalu. Atau mungkin hal-hal yang mengarah kepada deflasi selama pandemi juga menjadi salah satu penyebabnya. Seperti yang kita ketahui bahwa selama pandemi permintaan semakin menurun dan adanya kendala dalam pasokan.

Baca juga: Ancaman Perang Rusia-Ukraina

Menurut data Biro Statistik dan Tenaga Kerja AS yang dikutip Trading Economics, inflasi pada bulan mei 2022 melewati rekor sebelumnya pada maret 2022 sebesar 8,5% .  Dilansir oleh BCC, kenaikan harga di Amerika melonjak hingga 4,7% tahun lalu. Dan menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, angka tersebut termasuk angka yang lebih cepat dari negara lain di negara maju.

Lalu, bagaimana dampak inflasi AS terhadap Indonesia?

Saat inflasi melonjak tinggi, bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menjadi lebih agresif dalam kebijakan-kebijakan moneternya, misalnya terkait suku bunga. Seperti yang telah disampaikan oleh James Knightly, Chief International Economist ING “dengan tekanan inflasi yang semakin nyata, kami memperkirakan The Fed akan menaikan suku bunga pada Mei, Juni, dan Juli. 

Yield Treasury yang cukup tinggi adalah ‘pemanis’ bagi para investor untuk segera masuk ke pasar obligasi pemerintah AS. Maka, Indonesia sebagai negara berkembang akan mulai ditinggalkan para investor. Perlu kita ingat, bahwa investor asing masih gemar bermain peran di pasar keuangan Indonesia. Di pasar saham Indonesia, investor asing memegang kendali nilai pergadangan mencapai 32% dari total perdagangan. Jadi, dapat kita bayangkan jika investor asing lebih memilih menaruh hati pada pasar obligasi pemerintah AS, perekonomian Indonesia akan terguncang hebat, Resesi akan terjadi.

Apa sih Resesi?

Jika disederhanakan, Resesi berarti kondisi dimana perekonomian suatu negara memburuk. Pertumbuhan ekonomi minus berturut-turut selama dua kuartal. Pada kondisi inilah investor akan memilih berinvestasi aman di emas, tidak lagi bermain saham. Jika dilihat melalui website Logam Mulia Antam pada bulan Maret, harga emas logam mulia Antam mencapai Rp. 1,000,000 pergram, namun kemudian semakin turun kisaran Rp. 990,000 pada bulan Juli. Hal tersebut membuat para mendorong para investor dan juga para pecinta emas akan mengkonversi uangnya menjadi emas.

Jelas, jika dilihat dari kondisi yang ada, maka dapat dipastikan perusahaan banyak merugi, jumlah pengangguran meningkat. Kebanyakan dari kita tidak lagi memikirkan tabungan atau investasi masa depan, yang penting cukup untuk makan. Namun, jangan terburu-buru untuk menggunakan tabungan yang ada, apalagi sampai menjual emas yang sudah disimpan sebagai investasi masa depan. Gadaikan saja, anda tetap bisa mendapatkan pinjaman uang tunai tanpa harus kehilangan emas investasi milik anda.

Namun demikian, kita semua berharap agar kondisi perekonomian Ibu Pertiwi tetap baik-baik saja ya, sobat!

Sumber: cnbcindonesia, liputan6, ekonomi.bisnis, dunia.tempo

Inflasi AS Mei 2022 Meroket Read More »