Istilah Flexing kini sangat mungkin kita temui saat membuka platform media sosial. Hampir semua orang membicarakan Flexing. Dengan adanya media sosial semakin mudah untuk orang lain melakukan flexing. Namun, apa kamu sudah tau apa itu Flexing?
APA ITU FLEXING?
Kata Flexing seperti kata gaul atau slang word Amerika yang dimaksud dengan suka pamer. Jika didefinisikan flexing merupakan menyombongkan diri dengan cara memamerkan kemewahan atau kekayaan.
Dirangkum dari laman Dictionary.com, asal mula munculnya arti kata flexing adalah bahasa gaul dari kalangan ras kulit hitam untuk “menunjukkan keberanian” atau “pamer” sejak tahun 1990-an.
Selanjutnya, kata “flex” dari flexing awal populer pada tahun 2014 karena No Flex Zone dari Rae Sremmurd yang artinya area untuk orang-orang yang santai, bersikap seperti apa adanya, dan tidak pamer atau pura-pura menjadi pribadi yang berbeda.
Jika disimpulkan dalam slang word atau bahasa gaul, seseorang yang flexing bisa saja adalah dianggap suka berbohong memiliki dan mengaku banyak kekayaan meski realitanya tidak.
MENURUT AHLI
Akademisi dan praktisi bisnis asal Indonesia Prof. Rhenald Kasali, Ph.D mengatakan, orang kaya yang sesungguhnya tidak ingin menjadi pusat perhatian. “Biasanya, kalau semakin kaya orang-orang justru semakin menghendaki privasi, tidak ingin jadi pusat perhatian,” tutur guru besar bidang Ilmu manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu. Oleh karena itu, flexing menurut Rhenald justru bukan cerminan orang kaya yang sesungguhnya.
Orang kaya yang sebenarnya juga justru tidak akan membuang uangnya untuk sesuatu yang tidak penting, mereka akan lebih cendrung menabung dan memperbanyak investasi.
Baca juga: Investasi emas jangka panjang
STRATEGI MARKETING
Lalu, apakah flexing bisa jadi strategi marketing? Dalam beberapa konteks, iya.
Beberapa orang memang melakukan flexing untuk menarik target konsumen. Hal tersebut dilakukan agar target konsumen percaya pada bisnis yang sedang dijalankan oleh orang tersebut. Terkadang orang cenderung menaruh kepercayaan apabila sudah melihat kekayaan.
Namun, beberapa orang lagi melakukan flexing hanya karena menginginkan sebuah “pengakuan”, ingin diakui sebagai superior, ingin diakui kekayaannya, ingin terlihat oleh dunia. Padahal yang dipamerkan bahkan hanyalah kebohongan.
Bisa jadi, setelah melakukan flexing, barang yang dipamerkan langsung di jual Kembali atau malah di gadaikan untuk keperluan flexing selanjutnya. Iya, selain kendaraan, elektronik dan emas. Bahkan barang luxury seperti jam tangan mewah, tas, atau sepatu branded juga bisa di gadaikan lho.
Modern ini, orang- orang dengan sangat mudah membeli barang mewah, memamerkan, menjual Kembali, hingga menggadaikannya. Kebutuhan akan gaya hidup semakin meningkat, pelayanan yang ditawarkan berbagai perusahaan untuk mendukung gaya hidup mewah pun semakin menjamur.
Sumber: Kompas.com, News.detik.com, dictionary.com, Youtube/RhenaldKasali